Perkembangan Teknologi di Perindustrian Film
Perkembangan Teknologi di Perindustrian Film

Nama
Npm
Agiel Gumilang 10116299
Ajeng Ghita Syafira 10116438
Aldi Indrawan 10116494
Awal Rizqi Fathur R 11116222
Bagas Yogatama 11116311
Jurusan Sistem Informasi
Fakultas FIKTI
Universitas Gunadarma
2017
Perkembangan teknologi di perindustrian
film
A. Sejarah Film
Film
merupakan salah satu media komunikasi. Arti dari film tersebut adalah
gambar-hidup, atau juga biasa disebut movie. Film, secara kolektif, sering
disebut sinema. Film pertama kali dipertontonkan untuk khalayak umum dengan
membayar berlangsung di Grand Cafe Boulevard de Capucines, Paris, Perancis pada
28 Desember 1895. Peristiwa ini sekaligus menandai lahirnya film dan bioskop di
dunia. Karena lahir secara bersamaan inilah, maka saat awal-awal ini berbicara
film artinya juga harus membicarakan bioskop. Meskipun usaha untuk membuat
"citra bergerak" atau film ini sendiri sudah dimulai jauh sebelum
tahun 1895, bahkan sejak tahun 130 masehi, namun dunia internasional mengakui
bahwa peristiwa di Grand Cafe inilah yang menandai lahirnya film pertama di
dunia.
Film-film animasi
telah banyak perkembangan. Efek visual yang dihasilkan hampir terlihat seperti
aslinya, contohnya seperti pada film Final Fantasy. Terutama ketika efek
animasi menampilkan gambar berupa pemandangan alam. Kini banyak produsen film
yang menghasilkan film animasi. Dengan biaya yang tidak terlalu mahal dan
peralatan yang tidak rumit, dapat menghasilkan karya film yang menakjubkan.
B. Perkembangan
Pada awalnya film berupa gambar hitam putih,
tanpa suara. Namun seiring berkembangnya teknologi, kini film telah hadir
dengan banyak warna dan suara. Tidak hanya itu, kualitas gambar yang dihasilkan
juga semakin bagus. Penambahan efek semakin halus. Saat ini telah banyak
industri perfilman yang menghasilkan film dengan format 3D, sehingga film dapat
menikmati secara lebih nyata. Jalan cerita film tidak lagi kaku seperti dulu.
Jalan cerita lebih variatif dan cerdas, baik menceritakan kejadian fiktif
maupun kisah nyata. Hal ini mampu membuat penonton terbawa dalam alur cerita
yang disajikan dalam film tersebut.
Kualitas suara semakin bagus dengan adanya
teknologi digital sound. Film tidak hanya dapat dinikmati di televisi, bioskop, namun juga
dengan kehadiran VCD dan DVD, film dapat dinikmati pula di rumah dengan
kualitas gambar yang baik, tata suara yang ditata rapi, yang diistilahkan
dengan home theater.
Film-film animasi
telah banyak perkembangan. Efek visual yang dihasilkan hampir terlihat seperti
aslinya, contohnya pada film Final Fantasy. Terutama ketika efek animasi
menampilkan gambar berupa pemandangan alam. Kini banyak produsen film yang
menghasilkan film animasi. Dengan biaya yang tidak terlalu mahal dan peralatan
yang tidak rumit, dapat menghasilkan karya film yang menakjubkan.
Memproduksi sebuah film yang spektakuler
(seperti yang dilakukan oleh kalangan sineas Hollywood) tentu saja membutuhkan
biaya yang sangat besar. Film-film Hollywood banyak menggunakan visual effect canggih
yang membuat film tersebut seperti lebih hidup. Contohnya, film
seperti Titanic yang harus membangun tiruan kapal Titanic itu sendiri. Film
Titanic itu sendiri menghabiskan dana sebesar 200 juta dollar atau kalau dituka
rupiah mencapai angka 2,5 triliun rupiah.
Cara sederhana untuk membuat efek pada suatu
film, dapat menggunakan 3DMax, lightwave, Cinema4D, Maya,
atau software yang gratis seperti Blender. Software tersebut sebenarnya
merupakan software 3D modelling yang juga bisa untuk animasi. Selain software
diatas ada beberapa software yang memang khusus untuk keperluan animasi
& visual effect movie yaitu Vue, Bryce, Poser, dan DAZ
Studio. Setelah animasi dan visual effect selesai selanjutnya dilakukan kombinasi
atau penggabungan antara visual effect yang biasa disebut compositing. Software
yang digunakan bisa dengan Apple Shake, Adobe After Effects, Autodesk
Combustion, D2 Software Nuke, Eyeon Digital Fusion, Jahshaka. Namun untuk
hasil yang lebih real atau nyata bisa menggunakan platform yang
mengkombinasikan solusi software & hardware. Platform tersebut bisa
dengan Autodesk Inferno, Autodesk Flame, dan Autodesk Flint.
C. Teknologi Perindustrian Film
Perkembangan teknologi dan komputer
menyebabkan industri perfilman juga mengikuti perkembangan yang ada. Mulai dari
film bisu, film hitam putih, hingga film sampai ini seperti film 2 dimensi (2D)
dan 3 dimensi (3D). Dilihat dari cara pembuatannya, film produksi luar
negeri seperti 20th Century Fox, Columbia Pictures, Dream Works
SKG, Paramount Pictures, Pixar Animation Studios, Sony Pictures Entertainment,
Universal Studios, Walt Disney Picture, lebih disukai baik di dalam
negeri maupun luar negeri dikarenakan beberapa faktor, yaitu ceritanya yang
tidak membosankan, setting yang menarik perhatian penonton, dan yang tak kalah
pentingnya adalah efek yang diberikan di setiap adegan film yang menambah film
tersebut terlihat seperti kenyataan.
Film 2D biasanya
digunakan pada film kartun. Film ini memberikan kelebihan dalam penayangan
yaitu memiliki suara yang jernih, gambar lebih halus, serta gambar yang telah
di sensor hampir tidak terlihat. Kelemahannya itu sendiri yaitu kualitas hasil
proyeksinya lebih kecil daripada film biasanya, dimana layar akan lebih kecil
dikarenakan jika menggunakan layar lebih besar kualitasnya akan semakin
berkurang. Software animasi 2D
biasanya digunakan untuk membuat animasi tradisional dimana memiliki kemampuan
dalam mengatur gerak, menggambar, sebagian bisa mengimpor suara dan mengatur
waktu. Software yang digunakan yaitu Macromedia Flash,GIF Animation
dan Corel Rave, Swish Max, After Effects, Moho, CreaToon, dan ToonBoo.
Contoh film 2D adalah Shincan, Looney Toons, Pink Panther, Tom and
Jerry, dan Scooby Doo
2. Film 3 dimensi (3D)
Kualitas film 3D
memberikan tayangan 3 dimensi atau terlihat lebih nyata dengan menggunakan
bantuan alat kacamata khusus. Jika tidak, gambar akan terlihat blur atau buram.
Kacamata yang sering digunakan pada format film 3D adalah Red/Cyan
dimana red (merah) di kiri dan cyan (biru) di kanan. Kelemahannya
adalah film format 3D tidak disertai dengan terjemahan dikarenakan akan
mengurangi kualitas film. Penggunaan kacamata dalam film 3D hanya pada
bioskop, sedangkan pada televisi tidak memerlukan kacamata.
Aplikasi dalam pembuatan
film ini dikenal dengan nama CGI (Computer Generated Imagery) dan juga beberapa software yang populer dari aplikasi
ini seperti Maya, Blender, Art of Illusion dll. CGI merupakan penerapan
bidang komputer grafis khususnya dalam bidang 3D untuk efek khusus,
iklan, program televisi maupun media cetak. Salah satu efek dari aplikasi CGI
adalah digital grading, dimana warna asli objek pada saat shooting bisa dirubah
sehingga sesuai dengan skenario. Contohnya adalah dalam film The Lord of the
Rings, pada wajah Sean Bean yang ketika meninggal dibuat lebih pucat. Efek ini
adalah murni efek komputerisasi dari aplikasi CGI, digital grading, dan
bukan efek makeup. Penggunaan software ini memang sedikit banyak
mempermudah pengambilan gambar karena bisa dilakukan langsung bersamaan pada
saat editing. Jika menggunakan makeup akan ada waktu yang terbuang untuk
menghapus makeup dan menggantinya lagi.
Teknologi yang semakin
canggih tentu membutuhkan biaya yang juga tidak sedikit dan teknologi CGI
ini tergolong teknologi yang cukup mahal. Satu frame CGI biasanya dibuat
berukuran 1,4–6 megapiksel dan untuk membuat satu tokoh dengan adegannya
saja biasanya dibutuhkan waktu untuk rendering setiap frame 2-3 jam, bahkan
bisa jauh lebih lama jika membutuhkan sebuah adegan yang kompleks.
Software pendukung yang biasa
digunakan dalam pembuatan film 3D adalah sebagai berikut :
a. Adobe Premiere Pro 2.0
Adobe Premiere Pro 2.0
merupakan seri terbaru dari Adobe Premiere. Adobe Premiere Pro 2.0 adalah salah
satu program yang sangat popular dalam dunia editing film. Program ini dibuat
oleh perusahaan software yang terkenal, yaitu Adobe. Adobe Premiere Pro
2.0 dibuat untuk melakukan editing film dan juga untuk membuat animasi video
digital.
b. Adobe Photoshop 9.0
Adobe Photoshop 9.0
adalah Software Editing Image yang sangat popular. Software ini
dibuat dengan fitur lengkap sehingga menghasilkan karya image yang lebih bagus
dan handal.
c. 3D Studio Max 7.0
Studio Max adalah software grafik yang
memadukan antara Graphic Vector dengan Raster Image. Pemaduan ini bertujuan
untuk menghasilkan hasil rancangan Virtual Reality atau mendekati keadaan yang
sebenarnya.
d. Adobe After Effects 7.0
Adobe After Effects 7.0
adalah software yang digunakan untuk membuat berbagai efek pada sebuah
animasi.
Contoh film yang
menggunakan sistem animasi 3D adalah Bugs Life, AntZ, Dinosaurs, Final Fantasy,
Toy Story Series, Monster Inc., Finding Nemo, The Incredible, Shark Tale, dan
masih banyak lagi.
Pembuatan film 3D pada
dasarnya bisa dibagi menjadi tiga jenis, live action, animasi, dan konversi
2D ke 3D. Pembuatan film live action membutuhkan dua
tahapan: syuting dengan kamera 3D dan pasca produksi (editing,
colorgrading, mastering, dan sebagainya). Pembuatan animasi 3D
dianggap lebih sederhana dengan menggunakan kamera virtual di komputer dan
kesalahan efek 3D lebih bisa dihindari daripada pembuatan film 3D live
action.
Konversi 2D ke 3D
merupakan proses alternatif. Pengambilan gambar dilakukan secara 2D namun dalam
pasca produksi dilakukan keputusan bahwa film juga diedarkan secara 3D. Proses
konversi 2D ke 3D merupakan proses yang sangat intensif karena dilakukan
duplikasi semua frame film agar didapat gambar ganda untuk mata kanan dan kiri
sehingga biaya paska produksi membengkak. Biasanya konversi dilakukan terhadap
film-film lama yang dirilis ulang ke format 3D seperti Nightmare
Before Christmas dan Titanic (90an).
D. Green Screen
Green Screen biasa digunakan untuk memanipulasi latar belakang
sebuah objek lain serta latar belakang pada subjek utama. Dengan memanfaatkan
layar green screen, objek yang menjadi subyek utama (biasanya orang)
bisa masuk ke hampir semua daerah tanpa harus selalu secara umum ada disuatu
tempat itu. Secara teoritis yang mungkin melalui penghapusan latar belakang di green
screen serta swap dengan gambar film lainnya dengan melewati
software di komputer.
Penggunaan layar green
scren biasa juga digunakan untuk mengidentifikasi subjek utama pada saat
yang sama berhenti di latar belakang akibatnya mudah untuk selalu dimodifikasi
serta dieliminasi untuk bertukar ide dengan gambar lainnya. Sebelum green
screen, sebenarnya istilah blue screen lebih dahulu populer dan
digunakan Hollywood. Namun saat ini mereka lebih sering menggunakan green
screen dan mulai meninggalkan blue screen untuk manipulasi background.
Belum tau pasti mengapa alasan mereka berubah dan menggunakan green screen,
yang jelas dalam melakukan editing warna hijau dalam fotografi, baik itu dalam
pemisahkan latar dari obyek utama maupun saat penetralisiran warna hijau yang
tersisa di bagian pinggir obyek, akan lebih mudah bekerja dengan warna hijau
ketimbang warna biru. Warna biru masih bisa juga digunakan jika obyek atau
model didominasi oleh warna hijau. Misalkan saat pemotretan, model menggunakan
baju hijau atau jika ia adalah makhluk dari Mars, maka bisa menggunakan latar
biru. Kembali ke aturan awal, yaitu menonjolkan obyek dari latar.
DAFTAR PUSTAKA
•http://ameliabelindasilviana.blogspot.co.id/2010/10/perkembangan-teknologi-perfilman.html
Komentar
Posting Komentar